Kamis, 22 April 2010

Amal Islami

Oleh Iqbal Huda Amanullah

Hidup adalah pertaruhan bagi manusia untuk memilih antara yang haq dan bathil, memilih antara beriman atau kafir. Ketika hidup manusia dihadapkan kepada dua pilihan tersebut, kebenaran kah yang akan dia ambil atau justru kebatilan?.


Secara fitrah manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk beribadah (menyembah) Nya.
”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

Tapi sayang, penyembahan/peribadahan tersebut dipahami umat Islam dalam arti sempit. Umat Islam masih memahami penyembahan itu dalam arti ibadah ritual saja, seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. Lebih dari itu, kebanyakan dari umat ini memahami ibadah pada sebatas mencari nafkah, menghibur orang lain (red-yang sesuai syari’at), amal bakti sosial dsbnya.

Memang hal-hal di atas adalah ibadah. Tapi lebih dari itu berbuat untuk agama ini juga ibadah. Pembelaan terhadap agama ini adalah ibadah, baik dalam bentuk tulisan, lisan ataupun aktivitas konkrit. Seorang penulis akan menulis tulisan-tulisan yang akan membela agamanya, seorang sastrawan akan membuat puisi-puisi yang menggugah semangat keislaman, seorang da’i akan aktif berda’wah dalam rangka menyampaikan al-haq (kebenaran).

Tapi sungguh ironi. Umat ini terpecah belah, hingga harus beramal untuk meninggikan kelompoknya saja. Seseorang berdakwah hanya untuk mencari pendukung bagi partainya, kelompoknya bahkan untuk mendukung pemahamannya. Dan disadari atau tidak disadari, kita terlalu sibuk dengan perbedaan yang ada di antara kita. Kita sering ribut hanya karena qunut pada sholat shubuh, perbedaan raka’at dalam shalat tarawih, kita juga sering ribut hanya karena fanatik kelompok yang justru tidak jelas ujungnya.

Islam ini bukan milik kelompok hijau atau biru, bukan milik yang berjas atau berjubah, bukan pula milik yang berkopyah hitam atau putih. Tapi Islam adalah milik umat ini, umat yang meyakini laa ilaaha illaLLAH Muhammad Rasulullah (tidak ada sesembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah). Umat yang mengakui Al-Quran sebagai kitab suci dan pedoman hidupnya. Dan umat yang bersatu untuk meninggikan Islam. Allah Ta’ala berfirman,

”Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, ”Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata, ” Kamilah penolong-penolong agama Allah.”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir, maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (Ash-Shaff: 14)

Perseteruan antara Haq dan BathilSiapapun orangnya pasti akan mengatakan bahwa kebenaran adalah lawan dari kebathilan, cahaya lawan dari kegelapan, dan syaitan adalah musuh orang-orang beriman.
”Sesungguhnya syaithan bagi kalian adalah musuh, maka jadikanlah ia musuh.” (Fathir: 6)

Yang perlu disadari, ternyata syaithan tidak hanya yang tidak tampak (iblis, jin dsnya), tapi juga berwujud manusia, dan justru syaithan berwujud manusia inilah yang tidak kita sadari bahwa mereka ada di sekitar kita. Mereka mengucapkan kata-kata yang memojokkan Islam. Di media massa mereka menulis tulisan-tulisan yang melecehkan Allah, Rasul dan Islam. Mereka dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang munafiq.

Persatuan umat Islam adalah solusi dalam menghalau mereka, musuh-musuh kita. Kita memerlukan para penulis handal yang membela Islam dengan tulisan-tulisannya. Kita memerlukan para cendekiwan dan ilmuwan yang membela Islam dengan argumentasi-argumentasinya. Kita memerlukan para da’i yang ikhlas berdakwah karena agamanya, bukan karena dunia atau kelompoknya. Kelompok-kelompok atau ormas-ormas Islam yang ada hanyalah wadah bagi seorang mukmin untuk menyalurkan pembelaan dia terhadap agama ini.

Orang-orang beriman adalah satu tubuh. Orang-orang Islam adalah satu bangunan. Satu sama lain saling mengokohkan. Seorang mukmin akan peduli kepada mukmin yang lain. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda,
”Man lam Yahtam bi amril Mu’minin falaisa minhum (Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan orang-orang beriman, maka bukan termasuk golongan mereka).”

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,”Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kamu sekalian mati kecuali dalam keadaan sebagai orang-orang Islam. Dan berpegang teguhlah kepada tali Allah (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan janganlah bercerai-berai. Dan bertaqwalah kamu sekalian agar kalian dirahmati (oleh-Nya).” (Ali Imran: 102-103)

Dus, orang beriman adalah orang yang berpegang teguh kepada tali Allah yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah dan umat yang tidak berpecah belah.Akhirnya, Mari kita tinggalkan ta’ashshub hizbiyah (fanatisme golongan) yang ada pada diri kita karena umat Islam adalah umat yang satu. Umat yang tidak bisa dipisahkan oleh letak geografis, nama bangsa dan ras. Kita adalah umat yang disatukan dan disaudarakan karena keimanan kita.

0 komentar:

  © Blogger templates 'Sunshine' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP